Minggu, 16 November 2014

Menunggu Hujan

setetes embun akan terpisah dari cahaya pagi
meneteskan senyum bersama terik sinar mentari
akankah kau kan datang kembali bersama senyummu?
ataukah kau kan pergi sambil bernangis pilu!

sore hari kau datang menghampiri menyambut hujan
membekaskan kebahagian yang telah lama gersang
hingga terbendung menjadi sebuah irama kebahagiaan
namun luka mungkin terobati, tapi api akan terus menerjang

malam hari kau yang ditunggu tak kunjung tiba
apakah harus aku menunggu embun atau hujan kemali?
agar ladang kebahagian ini kembali bersemi
menghiasi bunga kerinduan yang akan terus dinanti

nanti? ataukah sampai esok hari dingin ini terus mencekam
menunggu selukujur tubuhku membeku karna kedinginan
karna kehangantan cintamulah yang akan selalu  tergenggam
tapi banyangan itu terus menggangu hingga aku kesepian


Kediri 17-03-2014 19:24

Hilang Tak Membekas


Bau wangi  mengalir bagai air menuju muara
Tapak kaki, dulu, meninggalkan bekas setelah kaki diangkat
Pisau dapur yang tajam,  mulai mencincang.
Jejak tapak kaki yang telah dibuat, telah  menjadi singgasana

Hilang!

Air yang menuju muara seakan telah terpendam oleh bencana
Keindahan dan kemurnian seakan hanya mitos yang melegenda
Alam seperti apa yang tega menindas jejak telapak kaki
kemudian, Singgasana dewa-dewi terkubur oleh modernisasi tradisi.

Yogyakarta 15 oktober 2014