Minggu, 12 April 2015

KOPI DAN SEGENAP HAYALKU

 Seteguk kopi mulai aku nikmati. Seperti menikmati anggur merah yang tertuang dalam gelas kecil di tempat wanita-wanita pendusta sabda Tuhan yang sedang menjajankan tubuhnya. Begitulah dunia dengan segala konsep yang telah dibentuk dengan rapi oleh para pemikir kehidupan. Harus ada yang salah dan ada yang mengaku benar, karena tidak mungkin dari keduanya dipaksa sama. Tidak ada pula perjuangan jika tidak ada perbedaan dari salah satu yang mengaku berada di jalan kebenaran. Heran memang, dan ini harus diterima sebagai kenyataan.

Masih tergiang kata-kata seorang wanita malam dalam ingatanku “neng dunnyo iki ora ono seng sepurno le”  begitulah kiranya dia mengataiku dengan dengan raut wajah semangat membela bahwa apa yang sedang dilakukannya memang atas kehendak dia yang telah direstui alam. Namun sempat saja, kopi hitam yang ada didepan wajahku seolah berkata “ah itu hanya sekedar pembelaan belaka. Setiap orang akan membela dirinya sendiri, supaya yang dia jalani tetap dianggap kebenaran, walaupun tidak nampak saja”.

Itulh kisah yang teringat dikepalaku saat aku menikmati kopi sendiri. Bersama buku, rokok, dan hayalan-hayalan konyol yang dibuat oleh akalku sendiri. Akan tetapi, sendiri tidak membuat rasa sedih menghapiri, pun tidak sedikit ruang dalam pikiran tidak terisi, karena ada tiga serangkai teman tadi yang selalu ada dan tidak pernah berkhianat.

Mencoba berpikir dalam-dalam tentang nasihat dari seorang yang aku juluki sebagai pedusta sabda Tuhan. Aku berprasangka bahwa dia terdesak ekonomi, tapi jika dia berhadapan dengan seorang tokoh agama, mungkin saja beribu kata ocehan akan menerpa mukanya. Tentu, neraka akan menantinya kelak dihari pembalasan.

Andai saja pada saat hari pembalasan itu, aku bisa menegur Tuhan, dan akan berbicara lantang dihadapannya “Tuhan, kau ini bagaimana? Kau mencipkatan kami seolah mainan yang kau buat untuk memenuhi hasratmu, untuk menghiburmu dalam kesepian tanpa seorang kekasih yang sanggup membelaimu ketika malam tiba dan yang akan mengucapkan selamat pagi ketika pagi mulai datang, lalu mengecup bibirmu setelahnya. Kau kesepian kan? Lalu kau menciptakan kami disaat kau merasakan itu. Dan kenapa ketika ciptaanmu mejalankan kehidupan yang kau berikan, kenapa kau tidak menjadikannya seseorang yang kau inginkan agar kau puas dengan keinginanmu? Kau maha kuasa, maha berkehendak, maha segalanya. Menjadikannya terhindar dari tempat penjualan badan agar dia seperti apa yang kau inginkan saja, kau tidak bisa”. Hanya hayalanku saja. Namun jika memang benar aku bisa berkehendak dihadapan tuhan nanti, aku akan berkata begitu.

Kembali pada kopi lagi. Tiada kopi, tiada hanyalan yang kemana-mana pula. Tapi kenikmatan ini mengajak pikiranku mengarungi lembah yang jarang dijamah orang lain. Seperti hayalan yang tidak berani orang menyentuhnya, dalam artian pikiran yang akan menjadikan iman seseorang tergelincir dari tempat berdirinya. Tapi ini bukan salahku, jika dengan alasan bahwa Tuhanlah yang memberikan akal pikiran. Jadi apapun yang diperbuat oleh akal, itu salah si pembuat yang membuatnya menjadi liar. Ah.. itu hanya hayalan saja. Maklum dari keadaan sepi seperti ini, hal yang paling enak untuk dilakukan adalah berhayal, selain dari memadang layar handphone.

12 04 2015 

Selasa, 07 April 2015

AGAMA MANA YANG BENAR?


     Sejauh ini apa yang kita pelajari dari agama yang katanya akan menghantarkan kepada jalan yang benar, Jalan yang direstui Tuhan, jalan yang membentuk diri menjadi manusia yang berakhlak dan bermartabat. Akan tetapi pada kenyataannya berbeda dengan apa yang selalu dikatakan oleh para pemuka agama dalam setiap ceramah-ceramahnya didepan umat.
     Terkait dengan kebenaran agama itu sendiri. Agama A mengatakan bahwa agamanya adalah agama yang benar, agama B juga akan mengatakan yang sama. Dan jika keluar dari agama tersebut, dalam arti memeluk agama yang berbeda, pasti akan dikatakan sesat. Semua agama akan mengklaim bahwa jalannya adalah kebenaran yang absolut. Diluar darinya, tidak akan ada keselamatan sedikitpun. Untuk itu, setiap manusia harus memeluk satu agama dan harus meniadakan dan juga mengklaim bahwa agama lain adalah kesesatan.
Fenomena keberagamaan yang seperti ini yang terlihat lucu. Seharusnya sebagai manusia yang beragama, kita mempercayai sesuai apa yang telah kita pelajari. Akan tetapi, selama apa yang kita pelajari tidak membuat kekacauan yang akan merusak keseimbangan alam, maka hal itu sah-sah saja. Ternyata, agama yang seharusnya membawa kedamaian itu tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkan. Tentang kebenaran agama sendiri, yang inti dari itu ada dalam internal masing-masing juga membawa kekacauan.
     Memilih A akan disalahkan, memilih B disalahkan pula. Lalu mana yang benar? Tidak ada yang benar bagi saya. Semua agama tidak ada yang benar dan salah. Karena selama dualisme dalam hidup, terutama dalam kebereagamaan selalu ada. Kebenaran tidak ada dari satu pihak, tapi ada pada semua pihak. Dengan tidak menyalahkan agama lain, agama yang dianaut bisa dikatakan agama yang benar. Oleh karena itu, jika menilai agama sendiri sebagai agama yang benar. Maka tiadakan menilai agama lain adalah salah dengan saling menyalahkan yang itu akan memancing sebuah kekacauan.
     Setiap agama membawa kebanarannya sendiri. Tiap pemeluknya diberi hak untuk memilih agama yang sesuai dengan apa yang diyakininya. Jika yang diyakini bisa membawa kedamaian bagi pemeluknya, maka agama yang benar baginya adalah itu. Namun jika yang terjadi sebaliknya, maka boleh dikatakan agama itu adalah agama yang salah baginya, atau mungkin itu bukan agama yang benar. Pada intinya agama adalah jalan yang bisa menjadikan pemeluknya sebagai manusia yang bertuhan, bermartabat dan berakhlak yang baik.