Selasa, 07 April 2015

AGAMA MANA YANG BENAR?


     Sejauh ini apa yang kita pelajari dari agama yang katanya akan menghantarkan kepada jalan yang benar, Jalan yang direstui Tuhan, jalan yang membentuk diri menjadi manusia yang berakhlak dan bermartabat. Akan tetapi pada kenyataannya berbeda dengan apa yang selalu dikatakan oleh para pemuka agama dalam setiap ceramah-ceramahnya didepan umat.
     Terkait dengan kebenaran agama itu sendiri. Agama A mengatakan bahwa agamanya adalah agama yang benar, agama B juga akan mengatakan yang sama. Dan jika keluar dari agama tersebut, dalam arti memeluk agama yang berbeda, pasti akan dikatakan sesat. Semua agama akan mengklaim bahwa jalannya adalah kebenaran yang absolut. Diluar darinya, tidak akan ada keselamatan sedikitpun. Untuk itu, setiap manusia harus memeluk satu agama dan harus meniadakan dan juga mengklaim bahwa agama lain adalah kesesatan.
Fenomena keberagamaan yang seperti ini yang terlihat lucu. Seharusnya sebagai manusia yang beragama, kita mempercayai sesuai apa yang telah kita pelajari. Akan tetapi, selama apa yang kita pelajari tidak membuat kekacauan yang akan merusak keseimbangan alam, maka hal itu sah-sah saja. Ternyata, agama yang seharusnya membawa kedamaian itu tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkan. Tentang kebenaran agama sendiri, yang inti dari itu ada dalam internal masing-masing juga membawa kekacauan.
     Memilih A akan disalahkan, memilih B disalahkan pula. Lalu mana yang benar? Tidak ada yang benar bagi saya. Semua agama tidak ada yang benar dan salah. Karena selama dualisme dalam hidup, terutama dalam kebereagamaan selalu ada. Kebenaran tidak ada dari satu pihak, tapi ada pada semua pihak. Dengan tidak menyalahkan agama lain, agama yang dianaut bisa dikatakan agama yang benar. Oleh karena itu, jika menilai agama sendiri sebagai agama yang benar. Maka tiadakan menilai agama lain adalah salah dengan saling menyalahkan yang itu akan memancing sebuah kekacauan.
     Setiap agama membawa kebanarannya sendiri. Tiap pemeluknya diberi hak untuk memilih agama yang sesuai dengan apa yang diyakininya. Jika yang diyakini bisa membawa kedamaian bagi pemeluknya, maka agama yang benar baginya adalah itu. Namun jika yang terjadi sebaliknya, maka boleh dikatakan agama itu adalah agama yang salah baginya, atau mungkin itu bukan agama yang benar. Pada intinya agama adalah jalan yang bisa menjadikan pemeluknya sebagai manusia yang bertuhan, bermartabat dan berakhlak yang baik. 

Rabu, 18 Maret 2015

Paradigma Halal-Haram

Diskusi yang menurut saya tidak pogres sama sekali di kelas. Diskusi ini menyangkut doktrin keislaman tentang maksiat, surga dan neraka, kafir, musrik. Saya tidak menganggap itu tidak baik, tapi akan lebih baiknya jika membahas permasalahan seperti itu dengan sedikit merasionalkan dengan bukti empiris. Mungkin alasan peradaban Islam mengalami degradasi salah satunya adalah umat Islam selalu menyibukkan diri dengan halal haram, mengkafir-kafirkan orang yang tidak sepemahaman, berkutat pada qoul ulama' klasik tanpa menganalisis terlebih dahulu sebab-akibatnya.

Perihal seperti ini yang harus jadi perhatian dan menjadi bahan renungan kita sebagai umat Islam. Terlalu membanggakan masa kemajuan Islam saat masa kerajaan Islam dulu sampai lupa sekarang kita hidup dizaman yang berbeda. Semakin tua umur dunia, juga semakin berkembangnya pemikiran setiap orang. Oleh karena itu, seharusnya umat muslim tidak hanya membahas permasalahan halal-haram. Tapi lebih membuktikan doktrin halal haram yang ada memang tidak baik bagi keseimbangan alam atau tidak baik bagi setiap orang.

Terkait halal-haram suatu makanan dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Akan terlihat kuno jika mengharam-haramkan makanan hanya mengunakan ayat, hadis, atau qoul ulama'. Bukan tidak baik dengan cara seperti itu, cobalah sedikit merasionalkan larangan-larangan yang terdapat dalam doktrin Islam. Misalnya; umat Islam dilarang makan babi karena di dalam alqur'an sudah diwahyukan Allah. Sebab daging babi mengandung cacing pita yang tidak baik bagi tubuh manusia. Perbuatan (mengkonsumsinya) ini sangatlah tidak diperkenankan, karena dalam raga yang sehat terdapat pula jiwa yang sehat. Titik tekan dalam permasalahan halal-haram, asumsi saya adalah esensi dan sebab-akibat tersebut yang kebanyakan umat muslim jarang memperhatikannya.

Perlunya mengunakan hukum kuasalitas dalam doktrin-doktrin Islam. Supaya, umat islam mengerti tujuan atau esensi doktrin dalam Islam tidak hanya mengharam-haramkan tanpa sebab dan akibatnya. Akan tetapi dibalik suatu larangan itu ada sebuah esensi dan akibat-akibat yang akan terjadi jika melanggar hukum dalam doktrin Islam tersebut. Di era modern seperti ini sangat penting merasionalkan hal-hal seperti ini. Tentunya  agar bisa menyelaraskan dengan sistem berfikir manusia yang mulai berkembang dan supaya doktrin Islam itu tetap relevan bila masih tetap dipakai di era kehidupan manusia sekarang. Karena islam tidak hanya mengatur tata cara beribadah kepada Tuhannya tapi mengatur pola kehidupan penganutnya juga.
Note: sumber pict dari mirajnews.com

Kamis, 12 Maret 2015

Tak Ada Manusia Yang Sempurna

"Tidak ada manusia yang sempurna" kata yang lumrah didengar oleh kita. Sebetulnya saya kurang sepakat dengan adanya statmen yang menyatakan manusia tidak sempurna. Karena, jikalau kita meyakini bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna, tentu Tuhan gagal dalam menciptakan makhluk hidup. Tuhan gagal saat mengkonsep ataupun setelah membuat rangkaian alam semesta. Karena Tuhan mempunyai pangkat "maha segala" yang telah disandarkan pada dzatNya. Tapi ketika manusia tercipta, ia tercipta dengan keadaan yang tidak sempurna.

Dimana kekuasaan Tuhan? Sampai makhluk yang ia ciptakan tidak sempurna. Mungkinkah manusia lebih kuasa ketika menciptakan sebuah kursi yang bisa diduduki oleh murid disekolah adalah kehebatan manusia yang melebihi kebehatan Tuhan? manusia menciptakan kursi saja bisa sempurna. Apalagi Tuhan sang maha sumber yang menciptakan alam semesta.

Bukan bermaksud membela Tuhan atau membuat pernyataan bahwa Tuhan gagal dalam membuat ciptaanya sempurna. Akan tetapi, saya tekankan dalam tulisan ini ialah manusia yang menganggap dirinya tidak sempurna. Jika manusia tidak sempurna, lalu siapa yang sempurna? Kerbau, kucing, babi ataukah padi yang dianggap selama ini sempurna melebihi manusia.

Plato menganggap dunia ini tidak nyata. Karena apa yang ada dalam dunia indra adalah bayangan dari wujud aslinya didunia ide. Aristoteles membantah plato tentang teori mitos gua tersebut. Karena segala yang ada di dunia ide adalah hasil dari sesuatu yang ada dalam dunia indra. Saya akan mengambil titik tengah dari dua pernyataan kedua tokoh filsuf untuk mehubungkan ke pernyataan "tidak ada manusia yang sempurna".

*Biar gak tengang, ngopi dulu

Sejak bayi dilahirkan dari rahim ibu, tidak semua lahir dengan kondisi fisiknya lengkap. Tentu saja keadaan ini bukan dari ketidak sempurnaan lahirnya manusia. Ketika seseorang memandang ada orang yang(sepurone) cacat. Maka ia akan menganggap bahwa apa yang dilihat adalah makhluk yang tidak sempurna. Karena dunia ide merekam dan mengkonsepkan kesempurnaan manusia adalah fisik yang lengkap tanpa satupun yang kurang. Tentang gagasan dunia ide plato, seseorang yang kondisi fisiknya tidak lengkap akan dikatakan tidak sempurna, mungkin plato akan membantah pernyataan itu. Karena orang tersebut adalah bayangan dari cetakan aslinya dalam dunia ide. (Karepmu lah to plato. Arep ngomong opo)

Menurut aristoteles, yang beranggapan bahwa subtansi ada dalam materi dan itu nyata bukan bayangan dari dunia ide seperti apa yang dikatakan plato. Oleh karenanya, kesempurnaan manusia adalah keberadaan manusia Atau manusia bisa hidup merupakan kesempurnaan atas manusia.

Menilai suatu kesempurnaan manusia seharusnya dari diri manusia. Karena yang menjadi tolak ukur kesempurnaan itu adalah dari subtansi atau cetakan diri manusia. Seperti yang dimaksudkan plato, keberadaan sesuatu yang ada didunia indra adalah duplikat dari wujud atau cetakan aslinya yang berada dalam dunia ide. Dari kedua gagasan kedua tokoh filosof tadi, jelas kalau kesempurnaan manusia terletak dalam diri manusia. Sebab keberadaan cetakan aslinya atau subtansi dasar yang membuat kesempurnaan wujud hingga manusia bisa hidup adalah ciptaan yang tidak bisa dibilang itu tidak sempurna.

Kerap kali manusia berfikir ketidak sempurnaan atas manusia dinilai dari perbandingan dengan penciptanya. Bagaimana mungkin sebuah kursi dikatakan tidak sempurna jika kesempurnaanya dibandingkan dengan si pembuat. Kalau kursi tersebut menurut gagasannya plato, akan dikatakan sempurna. Karena hasil penciptaan kursi tersebut berawal dari cetakan atau wujud aslinya di dunia ide. Pandangannya aristoteles mengenai kesempurnaan kursi adalah dari subtansi dasar yang dibuat oleh si pembuat hingga menghasilakan sebuah bentuk yang sempurna. Apakah kesempurnaan kursi dinilai dari hasil perbandingan antara si pembuat dan hasil dari pembuat? Tidak.

Tidak ada manusia yang TIDAK sempurna didunia ini dan selama ia berlangsung menjalani kehidupannya. Tuhan mengevolusi segala sesuatu tidaklah kesempurnaannya dibandingakan oleh si pembuat atau benda lain selain diri manusia. Bukan cacat fisik atau kekurangan pengetahuan yang membuat manusia dibilang tidak sempurna tapi ketika ia tidak dilahirkan dan tidak pernah ada yang semustinya dibilang tidak sempurna. Karena keberadaan selalu pantas dibilang ada dan sempurna. selama ketidak sempurnaan dikatakan ada adalah ketiadaan yang seharusnya bersandang pada ketidak sempurnaan atau bersimpang dari keinginan Tuhan dalam proses permainannya. Sebab kalau manusia tidak sempurna maka secara otomatis sang pencipta yang maha kuasa juga terlibat dalam ketidak sempurnaan. Bahkan boleh dikatakan tidak maha kuasa atas segala ciptaannya.

Selasa, 09 Desember 2014

Detik Akhir


Akhir sewaktu jantung berdetak bersamamu
Disinggasana dunia, hanyalah impian yang telah memfosil
Hingga dunia baru terlahir karna ada keingkarnasi waktu
Yah, kita memang bicara waktu dan ruang berbeda
Tapi dulu telah menjadi takdir yang tidak bisa berubah
Ruang dan waktuku sekarang berbeda

Ketika semua orang berbicara tentang dunia, tapi aku berbicara masalah waktu yang diam
Seakan semua kebahagiaan terhimpit zaman kegelapan
Kakiku hanyalah alat untuk mencari kebahagiaan
Namun tak terbersit sekatapun dalam pikiran jernihmu
Diam tidak kau pahami dan memang tingkah tidak selalu bisa ditafsiri
Sajakku adalah kata mati, tak seorangpun bisa menafsirkan dengan tepat
Tak perlu bicara diam yang membuat pikiran melayang-layang
Cukup ruang dan waktu yang diam yang harus dimengerti dengan hati
Kita bicara hati, ya kita memang berbicara masalah hati
Hati yang busuk tapi aku juga tidak mengerti tentang isi hati

Sampai kapanpun kebohongan berulang-ulang akan jadi sebuah kebenaran
Cukup alasan di siang ini saja menjadi saksi
Karna aku tak percaya definisi hatimu
Karna aku tak mungkin hidup semalanya dalam duniamu
Karna suatu saat dunia akan terbelah menjadi dua
Aku di barat dan kau di timur sana
Tembok berlin akan menjadi pemisahnya
Aku terkurung suasana alam raya dan kau hidup abadi selamanya
Terima kasih atas ruang dan waktu yang sekarang telah membisu
Darimu aku belajar banyak tentang segala sesuatu.

Minggu, 16 November 2014

Menunggu Hujan

setetes embun akan terpisah dari cahaya pagi
meneteskan senyum bersama terik sinar mentari
akankah kau kan datang kembali bersama senyummu?
ataukah kau kan pergi sambil bernangis pilu!

sore hari kau datang menghampiri menyambut hujan
membekaskan kebahagian yang telah lama gersang
hingga terbendung menjadi sebuah irama kebahagiaan
namun luka mungkin terobati, tapi api akan terus menerjang

malam hari kau yang ditunggu tak kunjung tiba
apakah harus aku menunggu embun atau hujan kemali?
agar ladang kebahagian ini kembali bersemi
menghiasi bunga kerinduan yang akan terus dinanti

nanti? ataukah sampai esok hari dingin ini terus mencekam
menunggu selukujur tubuhku membeku karna kedinginan
karna kehangantan cintamulah yang akan selalu  tergenggam
tapi banyangan itu terus menggangu hingga aku kesepian


Kediri 17-03-2014 19:24

Hilang Tak Membekas


Bau wangi  mengalir bagai air menuju muara
Tapak kaki, dulu, meninggalkan bekas setelah kaki diangkat
Pisau dapur yang tajam,  mulai mencincang.
Jejak tapak kaki yang telah dibuat, telah  menjadi singgasana

Hilang!

Air yang menuju muara seakan telah terpendam oleh bencana
Keindahan dan kemurnian seakan hanya mitos yang melegenda
Alam seperti apa yang tega menindas jejak telapak kaki
kemudian, Singgasana dewa-dewi terkubur oleh modernisasi tradisi.

Yogyakarta 15 oktober 2014