Kamis, 03 April 2014

Waktuku

Langit cerah setelah mendung datang menghujani tanah

Butiran mutiara terbelah oleh keangkuhan amarah

Dulu kegelapan menyelimuti seluruh  cakrawala

Datang dan pergi setiap dua hari sekali

Selalu begitu saja, entah apa yang telah terjadi

Bumi tak sadar begitu juga lagit seterusnya membisu

Hanya gemuruh suara angin terus menghapiri sepanjang waktu

Kapan titik cerah akan datang dan menerangi?

Hari demi hari burung terus terpaku menunggu datangnya itu

Apakah masih perlu meunggu sang Hyang mengilhami?

Ini dan itu selalu saja ada sambaran petir di langit

Bukannya menjadi berkah, tapi itu menjadi penyakit

Ya, itu penyakit, membusuk seperti penyakit kulit

Ini bukan di kulit tapi di setiap ruang isi hati

Hati yang selalu membanggakan kesombongan itu

Busuk kawan! salah jika mengatakan itu cinta, tapi itu nafsu

Wahai waktu yang terus membisu.....

Sembilah puluh hari langkah ini berjalan terus dan semakin menjauh

Mendekati ajal di ujung kepedihan yang teramat pilu

Diawali hari kamis yang tersenyum kepada ciptaan Tuhan

Dan kapan akan berakhirnya sekenario tuhan ini?

Tentang perjalanan hidupku, kau,dia, dan mereka

Hingga hari-hariku termakan oleh sang waktu

Dan aku menunggu alam menyapaku disaat ajal menjemputku


Kediri,  01/04/2014 20:17

0 komentar:

Posting Komentar