Langit cerah setelah mendung datang menghujani tanah
Butiran mutiara terbelah oleh keangkuhan amarah
Dulu kegelapan menyelimuti seluruh cakrawala
Datang dan pergi setiap dua hari sekali
Selalu begitu saja, entah apa yang telah terjadi
Bumi tak sadar begitu juga lagit seterusnya membisu
Hanya gemuruh suara angin terus menghapiri sepanjang waktu
Kapan titik cerah akan datang dan menerangi?
Hari demi hari burung terus terpaku menunggu datangnya itu
Apakah masih perlu meunggu sang Hyang mengilhami?
Ini dan itu selalu saja ada sambaran petir di langit
Bukannya menjadi berkah, tapi itu menjadi penyakit
Ya, itu penyakit, membusuk seperti penyakit kulit
Ini bukan di kulit tapi di setiap ruang isi hati
Hati yang selalu membanggakan kesombongan itu
Busuk kawan! salah jika mengatakan itu cinta, tapi itu nafsu
Wahai waktu yang terus membisu.....
Sembilah puluh hari langkah ini berjalan terus dan semakin menjauh
Mendekati ajal di ujung kepedihan yang teramat pilu
Diawali hari kamis yang tersenyum kepada ciptaan Tuhan
Dan kapan akan berakhirnya sekenario tuhan ini?
Tentang perjalanan hidupku, kau,dia, dan mereka
Hingga hari-hariku termakan oleh sang waktu
Dan aku menunggu alam menyapaku disaat ajal menjemputku
Kediri, 01/04/2014 20:17
Kamis, 03 April 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar