"Tidak ada manusia yang sempurna" kata yang lumrah didengar oleh kita. Sebetulnya saya kurang sepakat dengan adanya statmen yang menyatakan manusia tidak sempurna. Karena, jikalau kita meyakini bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna, tentu Tuhan gagal dalam menciptakan makhluk hidup. Tuhan gagal saat mengkonsep ataupun setelah membuat rangkaian alam semesta. Karena Tuhan mempunyai pangkat "maha segala" yang telah disandarkan pada dzatNya. Tapi ketika manusia tercipta, ia tercipta dengan keadaan yang tidak sempurna.
Dimana kekuasaan Tuhan? Sampai makhluk yang ia ciptakan tidak sempurna. Mungkinkah manusia lebih kuasa ketika menciptakan sebuah kursi yang bisa diduduki oleh murid disekolah adalah kehebatan manusia yang melebihi kebehatan Tuhan? manusia menciptakan kursi saja bisa sempurna. Apalagi Tuhan sang maha sumber yang menciptakan alam semesta.
Bukan bermaksud membela Tuhan atau membuat pernyataan bahwa Tuhan gagal dalam membuat ciptaanya sempurna. Akan tetapi, saya tekankan dalam tulisan ini ialah manusia yang menganggap dirinya tidak sempurna. Jika manusia tidak sempurna, lalu siapa yang sempurna? Kerbau, kucing, babi ataukah padi yang dianggap selama ini sempurna melebihi manusia.
Plato menganggap dunia ini tidak nyata. Karena apa yang ada dalam dunia indra adalah bayangan dari wujud aslinya didunia ide. Aristoteles membantah plato tentang teori mitos gua tersebut. Karena segala yang ada di dunia ide adalah hasil dari sesuatu yang ada dalam dunia indra. Saya akan mengambil titik tengah dari dua pernyataan kedua tokoh filsuf untuk mehubungkan ke pernyataan "tidak ada manusia yang sempurna".
*Biar gak tengang, ngopi dulu
Sejak bayi dilahirkan dari rahim ibu, tidak semua lahir dengan kondisi fisiknya lengkap. Tentu saja keadaan ini bukan dari ketidak sempurnaan lahirnya manusia. Ketika seseorang memandang ada orang yang(sepurone) cacat. Maka ia akan menganggap bahwa apa yang dilihat adalah makhluk yang tidak sempurna. Karena dunia ide merekam dan mengkonsepkan kesempurnaan manusia adalah fisik yang lengkap tanpa satupun yang kurang. Tentang gagasan dunia ide plato, seseorang yang kondisi fisiknya tidak lengkap akan dikatakan tidak sempurna, mungkin plato akan membantah pernyataan itu. Karena orang tersebut adalah bayangan dari cetakan aslinya dalam dunia ide. (Karepmu lah to plato. Arep ngomong opo)
Menurut aristoteles, yang beranggapan bahwa subtansi ada dalam materi dan itu nyata bukan bayangan dari dunia ide seperti apa yang dikatakan plato. Oleh karenanya, kesempurnaan manusia adalah keberadaan manusia Atau manusia bisa hidup merupakan kesempurnaan atas manusia.
Menilai suatu kesempurnaan manusia seharusnya dari diri manusia. Karena yang menjadi tolak ukur kesempurnaan itu adalah dari subtansi atau cetakan diri manusia. Seperti yang dimaksudkan plato, keberadaan sesuatu yang ada didunia indra adalah duplikat dari wujud atau cetakan aslinya yang berada dalam dunia ide. Dari kedua gagasan kedua tokoh filosof tadi, jelas kalau kesempurnaan manusia terletak dalam diri manusia. Sebab keberadaan cetakan aslinya atau subtansi dasar yang membuat kesempurnaan wujud hingga manusia bisa hidup adalah ciptaan yang tidak bisa dibilang itu tidak sempurna.
Kerap kali manusia berfikir ketidak sempurnaan atas manusia dinilai dari perbandingan dengan penciptanya. Bagaimana mungkin sebuah kursi dikatakan tidak sempurna jika kesempurnaanya dibandingkan dengan si pembuat. Kalau kursi tersebut menurut gagasannya plato, akan dikatakan sempurna. Karena hasil penciptaan kursi tersebut berawal dari cetakan atau wujud aslinya di dunia ide. Pandangannya aristoteles mengenai kesempurnaan kursi adalah dari subtansi dasar yang dibuat oleh si pembuat hingga menghasilakan sebuah bentuk yang sempurna. Apakah kesempurnaan kursi dinilai dari hasil perbandingan antara si pembuat dan hasil dari pembuat? Tidak.
Tidak ada manusia yang TIDAK sempurna didunia ini dan selama ia berlangsung menjalani kehidupannya. Tuhan mengevolusi segala sesuatu tidaklah kesempurnaannya dibandingakan oleh si pembuat atau benda lain selain diri manusia. Bukan cacat fisik atau kekurangan pengetahuan yang membuat manusia dibilang tidak sempurna tapi ketika ia tidak dilahirkan dan tidak pernah ada yang semustinya dibilang tidak sempurna. Karena keberadaan selalu pantas dibilang ada dan sempurna. selama ketidak sempurnaan dikatakan ada adalah ketiadaan yang seharusnya bersandang pada ketidak sempurnaan atau bersimpang dari keinginan Tuhan dalam proses permainannya. Sebab kalau manusia tidak sempurna maka secara otomatis sang pencipta yang maha kuasa juga terlibat dalam ketidak sempurnaan. Bahkan boleh dikatakan tidak maha kuasa atas segala ciptaannya.