Sabtu, 20 Juni 2015

Aku Menunggu Kematian

Aku menunggu kematian..

Kujemput ketakutanku tentang itu
Saat hati merasakan takut pada niscaya
Ada orang yang berdiri diatas mimbar menawarkannya
Namun ketakutan telah kubunuh secepat cahaya

Aku ingin menyambut kematian...

Tak getar urat ketakutanku sebelum tertancap palu
Pernah mereka menakutiku!
Ancaman tajam rajam menungguku didepan mata
Itu hanyalah bualan yang dijual yang aku pun tak percaya


Aku menantang kematian..

Ketika gelap membawa obor yang berkobar api
Surga dilukis seindah mungkin sebagai penganti
Dalam tanah yang subur ditumbuhi bunga kamboja
Pertanyaan berduri memaksaku menjawabnya

Aku tak mau takluk pada kematian...

Kodrat terselimuti kepastian yang membuat ragu terbang
Kembali ucapan dalam kata datang membuat bimbang
Lalu kiaskan gambar ketakutan di wajah orang-orang 
Hingga menitih tangis dalam do'a setiap malam dipajang

Aku tak mau kematian menghantui...

Sebab ada yang tak mau anggun berubah menjadi rabun
Sebab diri yang dihasilkan cahaya selalu abadi
Kemudian membuat aku tetap berdiri diatas sehelai rambut 
Dan jika kematian datang maka akan kusambut


Wonosobo 20 Juni 2015

Jumat, 19 Juni 2015

Tentang Kita

Tentang kita, ada segerombolan manusia yang terusir dari tanahnya

Tentang kita, ada segerombolan ibu yang terasing dari tanahnya

Tentang kita, ada seorang yang mati dibunuh seorang tentara

Tentang kita, ada pentani yang dihajar oleh pasukan pengaman dirinya

Tentang kita, ada anak yang mati karena perebutan harta

Tentang kita, ada yang tidak dapat jaminan hidup karena tidak menganut agama impor

Tentang kita, ada yang segerombolan orang terusir sebab dianggap sesat

Tentang kita, ada yang katanya percaya perbedaan tapi tetap membunuh sesama manusia namun yang berbeda

Tentang kita, ada segerombolan orang asing yang merusak alam kepunyaan orang

Tentang kita, ada pemimpin yang menaruh nama diatas rakyat yang hampir menjadi mayat

Tentang kita, ada wanita yang di bunuh kemudian diperkosa karena hasrat uang sepuluh ribu

Tentang kita, ada raja yang mempertaruhakan sabda-sabda busuk untuk  melanjutkan tahtanya

Tentang kita, ada lahan yang akan digantikan gedung ala pusat penerbangan mewah

Tentang kita, ada pertempuran disidang pengadilan yang main sodor-sodoran kekuasaan

Tengang kita, ada orang banyak yang dikelabui tayangan wayang di layar kaca

Tentang kita, ada banyak cerita yang tidak pernah diceritakan dan tidak akan diceritakan sebab cerita kuno dianggap cerita yang datang dari cerita yang tidak dihendaki datang dan cerita yang baru dianggap paling menyenangkan dan akan banyak menghasilkan uang dari pada cerita yang bercerita tentang kita, kita yang dianggap telah usang jika ditulis dalam cerita yang akan disampaikan ke waktu yang akan datang. 

Jogja 19 Juni 2015

Mataku, Mata Damai dan Matamu

Aku selalu berteriak manis namun sangat keras
timbul rasa sadis menguak dari tong kosong
Lalu tinta hitam timbul dari tetesan air mata tuhan
Binar merah kemilau cahaya dari wajahmu, sekejap hilang
Kelabu cinta terpudarkan oleh rasa riang yang datang 

Aku selalu bertanya pada teresan darah yang tumpah
Di tanah yang kering dan di gedung yang hancur
Sebab damai adalah mimpi yang datang dari setiap ucapan manis
Sebab damai adalah candu bimbang para anjing yang selalu melong-long


Aku selalu mengankat jari-jari yang mengarah ke atas
Sekujur telur-telur damai hati tak kunjung meretas
Ada pun kasih yang dikata akan datang dari lonceng gereja
Ada pun hamparan anak yang diperanakkan dari telur damai, tidak pernah ada!

Ini kata yang bisu di semua mata

Mata kasih api, mata kasih peluh dadamu
Menyatu di setiap orok dahak binatang buas
Hantu-hantu palsu datang mengucapkan salam
Kepada tanah, kepada udara yang kia panas
Ucapkan damai yang tak lepas dari gengaman para penganut setan

Aku dan aku...

Pertanyaan hadir berwujud senjata bintang yang bertelur
Suara keras mengancam dibalik dada yang berair surga
Dunia yang dianggap bayangan palsu, itu tiada benar
Tidak ada harapan neraka dan kedatangan surga yang sama dengan yang ada
Matamu yang buta, telah buta selamanya sebab kata yang terurai di udara


Jogja 19 Juni 2015

Senin, 15 Juni 2015

Cerita Dua Pasang Bola Mata

Ada ranting pohon yang patah saat matari tumbuh dewasa.
Ada pula daun yang gugur tak kala angin berdansa,
sejak melihat dua pasang bola mata berlagak cemas,
menghampiri kobaran api.

Ini cerita sekaligus candu ketakutan akan semua ilusi yang tercipta.

Entah siapa yang memulai,
tapi mundurnya waktu tidak mampu menjawab riuhnya suara tabuhan gending perang.
Mulai lah kaki-kaki berjalan menuju lapangan,
seraya berucap nama yang tiada wujud itu di alam bebas.
Lalu banyak tangisan anak kecil yang melepas kepergian bapak-bapak,
yang membawa obor kematian!

 Para istri yang duduk di antara daun yang berserakan di tanah,
menjadi janda dan menangis tersedu-sedu melihat gajah itu menjadi bangkai.
Sebab ganasnya api membuat tubuh menjadi debu,
kemudian hamparan bau surga menantinya esok hari.

Matahari mulai terbit lagi.

Tidak seperti hari kemarin yang bercerita tentang kesedihan batu karang,
sedikit demi sedikit terkikis obak, tetapi lamunan bumi yang disiram darah,
saat ini terus menangis bernada pilu.
 "Kamu dimana?" Pertanyaan kaku anak kecil yang sedang diselimuti rindu,
terbang tak tentu arah, karena tujuan utamanya tertutup kabut,
yang kemudian menghilang.

Cerita ini akan ditutup karena ada parit menghalagi jalannya waktu.
Air mengalir, menjadi kata yang hilang oleh ucap-ucap deras wujud kosong,
wuujud pada dua pasang bola mata itu.

Jogja 16 Juni 2015