Jumat, 19 Juni 2015

Mataku, Mata Damai dan Matamu

Aku selalu berteriak manis namun sangat keras
timbul rasa sadis menguak dari tong kosong
Lalu tinta hitam timbul dari tetesan air mata tuhan
Binar merah kemilau cahaya dari wajahmu, sekejap hilang
Kelabu cinta terpudarkan oleh rasa riang yang datang 

Aku selalu bertanya pada teresan darah yang tumpah
Di tanah yang kering dan di gedung yang hancur
Sebab damai adalah mimpi yang datang dari setiap ucapan manis
Sebab damai adalah candu bimbang para anjing yang selalu melong-long


Aku selalu mengankat jari-jari yang mengarah ke atas
Sekujur telur-telur damai hati tak kunjung meretas
Ada pun kasih yang dikata akan datang dari lonceng gereja
Ada pun hamparan anak yang diperanakkan dari telur damai, tidak pernah ada!

Ini kata yang bisu di semua mata

Mata kasih api, mata kasih peluh dadamu
Menyatu di setiap orok dahak binatang buas
Hantu-hantu palsu datang mengucapkan salam
Kepada tanah, kepada udara yang kia panas
Ucapkan damai yang tak lepas dari gengaman para penganut setan

Aku dan aku...

Pertanyaan hadir berwujud senjata bintang yang bertelur
Suara keras mengancam dibalik dada yang berair surga
Dunia yang dianggap bayangan palsu, itu tiada benar
Tidak ada harapan neraka dan kedatangan surga yang sama dengan yang ada
Matamu yang buta, telah buta selamanya sebab kata yang terurai di udara


Jogja 19 Juni 2015

0 komentar:

Posting Komentar