Sayup-sayup dingin dipertiga malam yang terhampar cahaya purnama
Kesemuan segala angan, terlukis dalam keindahan malam
Bintang-gemintang turut hadir menghibur setiap pasang mata yang memandang
Lalu antara kepala satu dengan lain saling beradu nasip
Ada yang ke utara; mencari kebahagiaan di ladang salju yang gelap
Ada yang ke timur; mengais bening air di kolam mata air
Ada yang ke selatan; berlari dari keramaian demi mendapatkan kesunyian
Ada yang ke barat; meluluhlantahkan keringat dan menghumbar semerbak harum bunga di segala penjuru arah untuk sebuah kertas yang tiada arti
Ya, kertas yang selalu kau cari diujung mimpi..
Bukan rasa bahagia yang didapat saat curah kasih senyum menampar segala muka
Bukan pula derai air mata yang jatuh sebab melihat sahabat yang telah kehilangan cahaya dalam dirinya
Namun cinta: rasa yang selalu dijunjung tinggi melebihi kebenaran itulah yang kita, kau dan segenap alis yang tubuh dimatamu itu, kawan, yang akan selalu inginkan
Kita selalu berhadap-hadapan...
Dua garis hitam diatas bola mata, serupa sedadu yang melepas pelurunya dari senjata, mulai beradu
Kemudian malam mulai menyimpan kembali keindahannya dari setiap mata manusia
Pagi tiba dengan cahayanya...
Indahnya, membuat kagum bayi yang baru lahir ke dunia
Namun tak ada nyanyian burung lagi, dan tak ada suaramu yang berdenging lagi di pagi hari
Tetapi hitam bayangan tubuhmu yang terhempas cahaya mentari, kawan
Telah menyadarkanku bahwa dunia tak sekedar kertas yang dapat diremas oleh tangan yang tergenggam keras
Jogja 3 Juli 2015
0 komentar:
Posting Komentar